Minggu, 23 Agustus 2015

Oleh: Muharrahman BS, SHI

Kalimat judul artikel ini sering kita dengar di lingkungan kita berada. Ada yang disampaikan oleh saudara, tetangga, guru, ustadz/h dan yang paling sering kita dengar adalah dari sang penceramah atau da’I serta para alim ulama. Kalimat yang terdengar sederhana ini namun cukup besar makna yang dikandung di dalamnya;

من عرف نفسه فقد عرف ربه

“Barang siapa mengenal dirinya, maka dia mengenal Rabb nya”

Sebahagian orang mengatakan bahwa kalimat di atas adalah hadits. Namun jika merujuk kepada sumbernya, pernyataan ini bukanlah sebuah hadist dari Rasulullah SAW. Ini adalah sebuah ungkapan seorang ulama. Menurut keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan adalah pernyataan dari Yahya bin Mu’adz al-Razi.

Ibnu As-Sam’ani Rahimallah berkata; “Hadits ini tidak diketahui secara marfu’ (dari ucapan Rasulullah SAW), namun dikisahkan dari ucapan Yahya bin Mu’adz al-Razi. Imam An-Nawawi berkata; Hadits ini tidak tsabit/shahih dari Rasulullah. Selanjutnya Imam Ibnu Timiyyah berkata; bahwa kalimat ini merupakan hadits maudhu’. Demikian juga Al-‘Allamah al-Fairuuz Abaadiy berkata; bahwa hadits ini tidak berasal dari hadits-hadits Nabawiy, namun banyak manusia yang menjadikannya sebagai hadits yang dinisbatkan kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassalm, tidak shahih asal usulnya, melainkan ia diriwayatkan israilliyat.

Dalam kitab Hilyatul Auliyaa 10/208, perkataan ini juga dihikayatkan dari perkataan Sahl bin ‘Abdillah at-Tautariy dan dinukil tanpa sanad. Ibnu Hajar al-Haitami al-Makkiy dalam kitab Fatawa 1/677 telah ditanya mengenai hadist ini: dan beliau menjawab bahwa tidak ada asal-usulnya, melainkan dihikayatkan dari kalam Yahya bin Mu’adz al-Razi ash-Shufiy, maknanya adalah barang siapa mengenal dirinya dengan kelemahan, kefakiran, kekurangan, kehinaan, dan kerapuhan, maka ia telah mengenal Tuhannya dengan sifat keagungan Nya dan keindahanNya atas apa yang diharuskan ada pada keduanya.

Demikian sekilah asal-usul kalimat di atas. Sengaja penulis nukilkan terlebih dahulu agar nantinya menambah wawasan keislaman kita. Semoga Allah meridhai kita semuanya hingga yaumil akhir. Amin

Terlepas dari apakah itu hadist atau tidak, artikel yang sedang pembaca nikmati ini bukan sekedar menjelaskan sumber pernyataan tersebut, akan tetapi artikel ini coba penulis suguhkan buat kita semuanya tentang apa dibalik dari makna kalimat itu. Penulis yakin sobat semuanya sudah mengetahuinya, namun artikel ini coba penulis suguhkan dari sisi yang berbeda.

Mari kita ulang kembali pernyataan di atas; “Barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh ia mengenal akan Tuhannya. Kalimat ini sangat sederhana bukan? Pernahkah kita merenungkan pernyataan ini? Kalimat ini meminta kita agar kita mengetahui diri kita sendiri supaya kita mengenal Allah SWT, Rabb kita, yang menciptakan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan serta alam sementas ini. Sehingga timbul perenungan yang dalam. Dari apa kita diciptakan? Dan untuk apa kita diciptakan?

Sobat handai taulan, pertanyaan di atas sungguh sederhana bukan? Namun sudah sejauh mana kita memahami pertanyaan itu? Mari kita pahami dengan hati yang lapang seraya berdoa semoga Allah memberikan ilmu kepada kita sehingga kita bisa mengenal Allah dengan sebenarnya. In Syaa Allah...

Mari kita lihat sekilas tubuh kita yang sempurna ini. Sudahkan sobat melihatnya? Sempurna bukan? Dari kepala hingga kaki, Allah ciptakan sangat sempurna. Rambut yang hitam, kepala yang sempurna, tidak bulat dan tidak terlalu lonjong, telinga yang sempurna dengan sepasang daunnya, hidung yang sempurna dengan dua lobangnya, ada yang mancung dan ada yang pesek namun tetap sempurna, sepasang mata yang indah dipandang, ada yang kecoklatan dan ada juga yang kebiruan yang dihiasi dengan warna putih, sungguh sangan sempurna. Gigi yang putih, dengan sangat teratur Allah ciptakan sesuai dengan fungsinya masing-masing, dua pasang tangan dan kaki yang sempurna dengan berbagai organnya. Kemudian, coba kita lihat bagian dalamnya, otak yang super luar biasa, jantung yang terus memompa darah keseluruh tubuh tanpa hentinya, paru-paru yang terus bekerja tanpa berhenti sedetikpun untuk menyeimbangi pernafasan, kantong empedu, dan usus yang terus bekerja siang malam melebihi kerja mesin diesel listrik, saraf dan lain-lainya yang tidak bisa kita sebutkan hingga sel dari elemen tubuh paling kecil. Sangat sempurna, kesempurnaan yang tiada tara, kesempurnaan yang tiada lawan dibandingkan ciptaan manusia. Itulah cipta Allah SWT.

Allah sangat sempurna menciptakan tubuh manusia dibanding makhluk lainnya, sekalipun itu Malaikat. Namun perlu kita ingat bahwa manusia bisa saja lebih hina dibandingkan binatang atau iblis sekalipun, jika manusia itu tidak merenungi akan penciptaannya. Allah ciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada. Manusia adalah makhluk-Nya yang mulia jika berkomitmen dengan tujuan diciptakan. Karena perjalanan hidup kita bukan hanya di dunia melainkan akan berakhir sampai alam akhirat. Ketahuilah! Bahwa hidupnya kita di dunia ini atas kehendakNya dan akhir dari kehidupan manusia di dunia ini juga bukan kehendak manusia, melainkan kehendak Rabb yang Mahaperkasa, Allah SWT.

Kemuliaan manusia bermula ketika Allah menghendaki akan penciptaan Adam as. sebagai khalifah-Nya di atas muka bumi ini dengan misi ibadah kepada-Nya sekaligus sebagai khalifah-Nya. Kehendak Allah ini berdasarkan ilmu dan perencanaan yang sangat matang. Oleh karena itu, ketika para malaikat mempertanyakan rencana Allah tersebut, Allah menjawabnya dengan firmannya; “Sungguh Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui”(Qs. Al-Baqarah: 30). Allah memberikan kemuliakan kepada manusia tidak hanya karena subjectivitas Tuhan Yang Mahakuasa, akan tetapi kemuliaan itu diberikan terkait standar ilmiah rancangan penciptaan manusia itu sendiri. Baik itu fisik maupun non fisik, seperti akal, hati (qalbu), tanpa kehilangan syahwat dan nafsu hayawani. Manusia dianugerahkan kelebihan yang sempurna yang tidak diberikan Allah secara utuh dan lengkap kepada makhluk selain manusia. Di dalam al-Quran surat Al-Isra’ayat 70 ditegaskan bahwa Allah telah muliakan manusia, Allah angkat manusia di daratan dan di laut, Allah berikan rezki dari yang baik-baik dan Allah jualah yang telah memberikan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Allah ciptakan.

Dimensi penciptaan manusia dengan fisik amat sempurna yang harusnya menambah kedekatan kita kepada Allah, ditambah dengan dimensi spritual yang harusnya terus membawa kita semakin dekat dengan Allah, dan juga ditambah dengan dimensi emosional yang seharuskan hati kita terpaut pada Allah dengan kebiasaan hidup dengan akhlak yang hasanah. Selanjutnya manusia dilengkapi dengan dimensi intelektual yang tempatnya adalah bagian otak manusia, yang berfungsi sebagai pelita kehidupan dengan kebutuhan gizi; ilmu yang bermanfaat, khususnya ilmu mengenal kepada Rabbul Izzati, Tuhan sekalian alam, yaitu Allah SWT.

Jika kita merenungi hal itu, sudahkan kita bersyukur? Bukankah kita hamba yang lemah? Bukankah ilmu kita hanya secuil dibanding ilmu Allah? Adakah yang bisa menciptakan hal serupa seperti ciptaan Allah itu? Tidak ada, tidak ada sobat. Belum lagi jika kita merenungi akan Ruh yang Allah berikan dalam jasad kita ini dan insya Allah kita bahas paa artikel selanjutnya. Yang tidak seorang pun tahu dimana dan seperti apa ruh yang Allah titipkan dalam tubuh kita ini. Sungguh luar biasa. Mari kita renungi hal ini, sehingga semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT. Dan tentunya mendapatkan seperti doa yang selalu panjatkan setiap hari, yaitu sukses dunia akhirat, sukses di atas segala jenis kesuksesan yang diidamkan setiap manusia:

ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.


Demkian artikel ini dibuat, semoga bermanfaat...

Wallahu a’lam

2 komentar: