Oleh:
Muhar R
Istiqamah adalah anonim dari thughyan
(penyimpangan atau melampaui batas). Istiqamah bisa berarti berdiri tegak di
suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena kata istiqomah berasal dari kata “قام” yang berarti berdiri. Secara
etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Jika dilihat dalam arti yang lebih
luas Istiqamah juga berati kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah
dengan apa dan siapapun), komitment terhadap perintah dan larangan dan tidak
boleh menipu, mengikhlaskan amal kepada Allah swt, melaksanakan
kewajiban-kewajiban, melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksitan, komitmen terhadap
syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah swt atau juga mereka beristiqamah
dalam mencintai dan beribadah kepaada-Nya tanpa menengok kiri kanan.Perintah untuk istiqomah dalam tauhid dan ikhlas
beribadah hanya kepada Allah semata hingga mati.
“Sesungguhnya
mereka yang berkata: Allah adalah Tuhan kami kemudian mereka istiqamah..” (QS. Fussilat 41: 30); “Sesungguhnya
orang yang menyatakan: Tuhan kami adalah Allah. Kemudian mereka tetap istiqamah
maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka berduka cita” (QS. Ahqaf 33: 13)
Istiqamah memiliki arti yang sangat dalam. Dalam hadis
disebutkan, dari Abu `Amru - atau digelar juga Abu `Amrah
- Sufian ibn Abdullah r.a. beliau berkata: "Aku berkata: Wahai Rasulullah!
Ajarkan untukku dalam lslam suatu ucapan yang aku tidak perlu lagi bertanya
kepada orang lain selainmu. Baginda bersabda: Ucapkanlah: Aku beriman kepada
Allah. Kemudian hendaklah engkau beristiqamah." Kalimat itu
mengandung arti bahwa suatu ibadah yang dilakukan bukan hanya amalan itu besar,
namun juga dijalankan secara terus-menerus dan selalu ditingkatkan. Hal ini
disebabkan sikap istiqamah mempunyai derajat yang sangat tinggi.
Istiqamah akan membentuk kualitas batin yang melahirkan
sikap konsisten (taat) dan teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk
sesuatu menuju pada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik. Sikap istiqamah
hanya mungkin merasuki jiwa seseorang bila mereka mempunyai tujuan atau ada
sesuatu yang ingin dicapai. Orang yang istiqamah sangat menghargai waktu:
tanggung jawab dan disiplin, tidak menunda-nunda waktu.
Sifat istiqamah yang dimiliki
seseorang akan mendatangkan rahmat Allah
dalam segala aktivitas kita. Hal ini diwahyukan Allah kepada Muhammad dalam
al-Qur’an:
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali
Imran:102-103)
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa
ketegasan Allah mengingatkan kita untuk selalu bersifat istiqamah hingga akhir
hayat dan selalu berpegang teguh dalam menjalankan syariat Islam, yaitu agama
yang dibawa Muhammad melalui perintah Allah. Ayat diatas juga mengisyaratkan
adanya pertolongan Allah bagi orang yang selalu bersifat istiqamah dalam
menjalankan perintahNya yaitu berupa keselamatan dan petunjuk-Nya.
Istiqamah juga
bermakna kesabaran. Istiqamah dan sabar merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Tanpa istiqamah maka kesabaran juga tidak akan ada, begitu juga
sebaliknya. Sikap istiqamah dan sabar dalam menjalankan perintah Allah akan menjaga
seseorang dari sifat boros, sifat zalim, penghapus dosa, dan tentunya akanmendatangkan
pertolongan Ilahi.
“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu
pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang
Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia
Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu cenderung kepada
orang-orang yang zhalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan
sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah,
Kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. Dan Dirikanlah sembahyang itu pada
kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Dan bersabarlah, Karena Sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat kebaikan”. (Hud:112-115)
Ketika pertolongan Allah ada, maka
apapun yang diharapkan seorang hamba, Allah dengan mudah mengabulkannya. Kita
tahu ketika kaum muslimin menghadapi perang badar. Allah mendatangkan
pertolongan-Nya, yaitu mendatangkan tentara malaikat, sehingga kaum muslimin memperoleh
kemenangan. Namun kemenangan itu hanya sesaat. Hal ini disebabkan hilangnya sikap istiqamah
sebahagian kaum muslimin, pasukan muslim hilang konsentrasi pada tempat yang
sudah diatur oleh Rasulullah, mereka lalai dengan harta rampasan ketika itu,
hingga pasukan non-muslim melakukan serangan balik yang mengakibatkan tentara
muslim banyak yang wafat.
Istiqamah juga akan mengatarkan
seseorang kepada kesuksesan. Namun sebaliknya, ketika sifat istiqamah tidak
dimiliki seseorang, maka sukses akan sangat jauh darinya. Misalnya saja anda
menanam sebatang pohon mangga. Setiap hari anda siram, anda beri pupuk, anda
cabut rumput yang ada dipangkal pohon tersebut, satu hari, dua hari, seminggu,
sebulan, setahun, dua tahun, hingga pohon mangga itu berbuah dan anda panen
tanpa lelah anda rawat dengan baik, maka anda akan memetik yang anda usahakan
itu sesuai dengan apa yang telah anda lakukan. Namun sebaliknya, anda menanam pohon mangga, namun karena mangga
itu terlalu lama berbuah, lalu anda cabut, kemudian anda tanam pohon rambutan,
tak lama kemudian anda cabut lagi dan anda ganti dengan pohon durian, lalu anda
cabut lagi dan anda ganti dengan pohon kelapa begitu seterusnya anda tanpa
istiqamah terus anda cabut dan ganti pohonnya, satu tahun, dua tahun, tiga
tahun hingga sepuluh tahun pun anda tidak menghasilkan apa-apa.Bayangkan jika
anda melakukan hal tersebut?
Oleh karena sifat istiqamah itu
sangat penting, ada beberapa hal yang perlu dilakukan hingga seorang muslim bisa mempertahankan nilai
ketakwaan dalam jiwanya, bahkan mampu meningkatkan kualitasnya hingga
kemenangan dicapai, yaitu Muraqabah (perasaan seorang hamba akan kontrol
ilahi dan kedekatan dirinya kepada Allah); Mu’ahadah (iltizamnya seseorang
atas nilai-nilai kebenaran Islam); Muhasabah (usaha seorang hamba untuk
melakukan perhitungan dan evaluasi atas perbuatannya); Mu’aqabah (pemberian
sanksi oleh seseorang muslim terhadap dirinya sendiri atas keteledoran yang
dilakukannya); Mujahadah (optimalisasi dalam beribadah dan
mengimplementasikan seluruh nilai-nilai Islam dalam kehidupan).
Nah, apakah anda sudah termasuk ke
dalam orang-orang yang istiqamah? Jika belum, pupuklah hingga sifat tersebut
betul-betul sudah merasuki jiwa anda, karena di dalamnya ada sejuta kemenangan
dan kesuksesan.
Allahu A’lam....
Masya Allah....
BalasHapus