Islam merupakan satu agama yang dibawa oleh seorang utusan Allah Nabi Muhammad Saw. Ia adalah utusan Allah yang terakhir di atas permukaan bumi ini, khataman nabiyyin. Tiada nabi setelah beliau. Hal ini merupakan akidah yang wajib diimani oleh seluruh manusia, walau hingga saat ini banyak orang, banyak kalangan, banyak kelompok yang mencoba mengaburkan akidah ini.
Islam adalah agama yang cinta damai, sesuai dengan arti dari Islam itu sendiri. Walau di sana sini banyak orang yang berargumentasi Islam adalah agama diskriminatif, bahkan dicap agama teroris. Hanya orang-orang yang tidak mengetahui saja yang beranggapan demikian. Namun jika dipahami dan dihayati dengan betul, Islam adalah rahmatal lil’alamin. Agama yang membawa rahmat, agama yang mebawa kelembutan, agama yang mebawa kesopanan, agama yang mengatur segala hukum, dari yang terbesar hingga yang sekecil mungkin.
Maka akan tentramlah bagi orang yang Islam, tentram damai di dunia dan juga dikehidupan setelahnya, yaitu negeri akhirat. Negeri yang kekal, tempat kembalinya semua makhluk yang telah Allah ciptakan sejak Nabi Adam as hingga kepada ummat akhir zaman, yaitu ummat Nabi Muhammad SAW.
Allah mengingatkan kita agar kita mati dalam keadaan selamat, damai, yaitu dalam keadaan Muslim. Itu artinya Allah ingatkan kita agar jangan sampai kita mati dalam keadaan non-muslim alias kufur kepada Allah. Seperti firman Allah dalam al-Quran pada surat Ali Imran ayat 102 berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan janganlah kamu meninggal kecuali jika kamu dalam keadaan muslim.”
Islam itu laksana sebuah bangunan, bangunan yang sempurnan, yang tentunya kita tau betul bagaimana sebuah bangunan yang sempurna. Dalam hadits nya Rasulullah dihimpun dalam 5 pondasi, yaitu yang terhimpun dalam rukun Islam. Islam yang sempurna manakala 5 pondasi ini kita jalankan dengan baik dan benar sesuai syariat yang Allah tetapkan melalui sunnah RasulNya Muhammad SAW. Karena jika diamalkan tanpa tuntunan dari baginda Rasulullah, maka amalan yang dikerjakan menjadi sia-sia, artinya amalan yang kita laksanakan tidak dihitung sebagai pahala oleh Allah SWT.
Sesuai tuntunan Rasulullah di dalam haditsnya, 5 pondasi itu disebutkan bahwa:
عن أبي عبد الرحمن بن عبد الله بن عمر بن الخطاب رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: بني الإسلام على خمس: شهادة ان لا اله الا الله وان محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وحج البيت، وصوم رمضان . (رواه البجارى و مسلم
Artinya: “Dari Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Al-Khattab ra. Ia berkata; Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda; Islam dibangun diatas 5 (lima) hal, yaitu: Bersaksi tidak ada Tuhan yang patut disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan.” (HR. bukhari dan Muslim)
Di antara metode mengajar yang biasa dipraktekkan Rasulullah adalah membuat perumpamaan untuk sesuatu yang abstrak dengan perkara yang dapat dicerna oleh panca indra. Dalam hadits diatas Rasulullah mengumpakan 5 hal ini dengan kata bangunan, yaitu (بني). Dan seseorang yang beragama islam hendaknya membangun 5 hal ini dengan kuat. Jika sebuah bangunan itu terbuat dengan material yang rapuh, maka dipastikan bangunan itu akan roboh diterpa gempa, lautan, bahkan angin pun. Sehingga dari hadits di atas hendaknya membuat 5 hal itu dengan kuat, agar tidak mudah roboh.
Jika seseorang hendak membuat sebuah bangunan, hendaknya pondasi yang dibuat sebagai dasarnya harus sangat kuat. Agar bangunan diatasnya bisa ditahan, walau seberat apapun ia. Hal ini dikarenakan sebuah bangunan yang kokoh bermula dari sebuah pondasi. Bangunan akan semakin kokoh dan kuat jika pondasinya kuat. Sebaliknya, jika pondasinya tidak sempurna, maka yang akan terjadi adalah bangunan akan roboh, cepat atau lambat. Hal ini tergambarkan pada haditsnya Nabi di atas, yaitu dua kalimah syahadat, syahadat tauhid dan syahadat rasul, شهادة ان لا اله الا الله وان محمدا رسول الله. Maka hendaknya seorang muslim memiliki pondasi ketauhidan yang sempurna, tanpa syak (keraguan), tanpa dhan.
Kalimat tauhid ini adalah awal dari ajaran Islam, yaitu kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Nya. Kalimat ini tidak hanya sekadar kesaksian biasa. Tidak sama dengan pemberitahuan seseorang kepada temannya. Kalimat ini merupakan kesaksian yang bermakna pernyataan bahwa kebenaran adalah benar dan kebatilan adalah batil. Ia merupakan kesaksian bahwa dalam hidup ini seseorang menafikan segala bentuk kemusyrikan dan hanya mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah SWT.
Kalimat tauhid لا اله الا الله pada hadits di atas hendaknya tertanam dalam qalbu seorang muslim dengan sangat kuat, layaknya akar sebatang pohon yang menancap dalam ke tanah. Walaupun pohonya sangat tinggi, akan tetapi akarnya yang menancap dalam, maka pohon tersebut tidak akan roboh. Namun jika akar pohon tersebut tidak menancap dalam, pohon yang rendahpun akan roboh. Kalimat tauhid لا اله الا الله hendaknya juga diulang-ulang melalui lisan seorang muslim dan dijadikan zikir harian. karena, disamping untuk memperkuat ketauhidan, juga menjadi zikir bagi yang mengucapkan.
Imam Ahmad meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda; “ucapkanlah لا اله الا الله pasti kalian akan beruntung”. Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah; Wahai Rasulullah! Beritahu aku tentang amalan yang bakal mendekatkanku ke syurga dan menjauhkanku dari neraka. Rasulullah menjawab; “Jika kamu telah berbuat buruk, kerjakanlah kebaikan, sebab ia sebanding dengan 10 kebaikan”. Abu Dzar bertanya lagi. Apakah لا اله الا الله termasuk kebaikan? Rasulullah menjawab; “bahkan sebaik-baik kebaikan” Imam Bukhari dan Imam Muslim mengabarkan dari Itban bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda; Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan لا اله الا الله, yang mana orang tersebut adalah orang yang mengharapkan wajah Allah. Kalimat tauhid ini juga bisa mengantarkan seseorang ke dalam syurga bagi siapa saja yang bisa mengucapkan diakhir hayatnya.
Syahadat bukan hanya sebagai bukti iman. Ia juga sebagai dasar dari sikap dan prilaku seseorang. Syahadat merupakan pembuktian dari apa yang di-tashdiq-kan di dalam hati seseorang dan menjadi kenyataan dalam hidup dan kehidupan. Syahadat juga sebagai panji kehidupan yang terparti dalam jiwa, yaitu jiwa yang mengenal akan Rabb nya. Kemana pun jiwa itu pergi, maka di situlah kehadiran Nya.
لا اله الا الله adalah kalimat sebaik-baik zikir kepada Allah Azza wa Jalla. Kalimat tauhid لا اله الا الله adalah sebaik-baik ucapan diantara banyak jenis perbuatan yang mengandung nilai keimanan. Persaksian لا اله الا الله akan sah dengan cara menafikan segala sesuatu sesembahan yang ada di jagad raya ini, kecuali Allah. Seorang muslim wajib menetapkan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi dengan sebenar-benarnya. Dan setiap muslim yang bersaksi bahwa hanya Allah sebagai Rabbnya hendaknya mengetahui maknanya dalam hati terhadap apa yang diucapkan lisannya.
Kesaksian وان محمدا رسول الله sebenarnya telah cukup dengan kesaksian لا اله الا الله . Iman kepada Allah dengan sendirinya menuntut seseorang kepada iman seluruh Nabi Nya. Muhammad Ghazali menyebutkan; barang siapa yang beriman kepada salah seorang Rasul dan ingkar kepada yang lainnya, sejatinya ia telah ingkar kepada seluruhnya, ingkar pula kepada Allah. Tidak ada bedanya antara Isa, Musa, Muhammad dan Rasul lainnya.
Adapun makna “aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah rasul Allah” ialah aku berjanji akan menjadikan kehidupan Muhammad sebagai panutan, berpegang pada sunnahnya, dan bernaung di bawah panjinya. Nabi Muhammad adalah manusia biasa yang dipilih oleh Allah untuk menyampaikan syari’at-Nya, agar ia menjadi pimpinan barisan orang-orang yang mau kembali kepada Rabbnya. Nabi Muhammad seperti manusia biasa yang menerima wahyu dari Allah untuk memberi peringatan kepada manusia, yaitu pada jalan kebenaran. Nabi Muhammad seorang laki-laki yang lurus perasaannya, yang kehidupan jiwanya tidak pernah mengalami sakit atau gangguan. Ia seorang suami, ayah, pedagang, pejuang, bisa kaya, bisa miskin, bisa menang dan bisa kalah, sedih dan bahagia, rela dan marah.
Nabi Muhammad memiliki pola hidup yang teratur, ia hidup dalam kekhusyukan, perjuangan dan sungguh-sungguh membela ajaran Allah Azza wa Jalla. Ia layak dijadikan contoh dan panutan, sebagai suri tauladan yang baik. Hendaknya seorang muslim mengambil pelajaran dari kehidupannya yang agung. Perlu diyakini dengan sungguh-sungguh akan kerasulannya. Oleh karena nabi Muhammad adalah seorang manusia yang diangkat Allah menjadi seorang Rasul di atas permukaan bumi ini dari jenis manusia. Bahkan Allah menukilkan di dalam al-Quran, jika seandainya penduduk bumi adalah dari kaum malaikat, maka Allah akan mengirim seorang Rasul dari jenis Malaikat itu sendiri.
Orang yang beriman adalah yang percaya, yang yakin kepada Allah dan juga percaya dan yakin kepada RasulNya. Dan mereka itu tidak merasa ragu dengan hal itu. Mereka yang beriman itu juga berjuang pada jalan Allah, mereka berjihad, dengan harta bahkan dengan jiwa mereka. Mereka inilah yang benar tauhidnya. Orang yang meyakini kalimah syahadatain itu benar-benar meyakini tanpa keraguan sedikitpun.
Seseorang yang bersyahadat hendaknya mengucapkannya dengan kejujuran, bukan kedustaan. Lisannya sesuai dengan apa yang ada dalam qalbunya. Jika tidak bersesuaian maka dia dianggap seorang munafik yang siksanya lebih dasyat dibanding seorang kafir. Syahadatain itu hendaknya benar-benar diterima secara sempurna; baik dengan hati, lisan maupun anggota badan.
Jika seseorang yang telah yakin tanpa keraguan sedikitpun, maka hendaknya ia tunduk dan patuh serta beserah diri terhadap apa saja yang menjadi ketentuan syahadatain itu. Karena banyak yang mengucapkan kalimat tauhid itu, namun enggan mengerjakan perintah Allah dan rasulNya. Kembalilah kepada Allah dan berserah dirilah kepadaNya. Karena jika seseorang berserah diri kepada Allah, dan ia berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada tali Allah. Karena kesudahan dari semuanya adalah kepada Allah.
Artinya: “ Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerah diri kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan”. (QS. An-Nisa: 125)
Kalimat tauhid yang diibaratkan sebagai pondasi bangunan harus ditempatkan pada posisi sebagai pimpinan dalam kehidupan seorang muslim. Pada kalimat itulah tertumpu berbagai ketaatan yang diajarkan Islam, karena Islam adalah ketundukkan sepenuhnya kepada Allah. Hendaknya seorang yang mengaku muslim meninggalkan kemaksiatan, Karena hal itu bertentangan dengan arti hakiki dari ketundukkan.
Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar